Menjadi Idealis yang Adaptif
Baiklah, jadi kamu sudah yakin akan membuka sebuah bisnis coffee shop. Dan tidak ada seorangpun yang mampu mengubah pikiranmu.
Sekarang, apa langkah pertama yang harus kamu lakukan? Dalam 2 artikel Weekly Flog sebelumnya, saya menyebutkan kalau memiliki pola pikir yang tepat adalah checklist pertama.
Seperti kebanyakan orang, ini langkah yang saya sepelekan di awal. Melalui artikel ini, saya ingin meyakinkan kamu betapa pentingnya langkah ini dengan membandingkan 2 kisah pengusaha di bawah:
Arturo si oportunis yang reaktif
Nairobi si idealis yang adaptif
Arturo si Oportunis yang Reaktif
Arturo merupakan seorang manager yang ahli dalam menciptakan sistem. Ia melihat peluang besar dalam industri kopi dan jatuh cinta pada kopi karena sering menghampiri berbagai coffee shop. Pada suatu hari, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan membuka sebuah bisnis coffee shop.
Dari proyeksi yang Arturo buat, Arturo merasa bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Dengan kemampuan tinggi dalam pembuatan sistem bisnis dan pemahamannya akan kopi, Arturo telah memiliki impian untuk membuat bisnis coffee shop miliknya menjadi besar dan sukses.
Peluang Menghampiri Arturo
Bisnis coffee shop Arturo berjalan dengan baik. Berkat kecanggihan sistem yang dibangun, Arturo dapat mengautomisasi bisnis coffee shop miliknya dalam jangka waktu yang pendek. Ini membuat Arturo bisa berfokus pada pengembangan usahanya.
Melihat kesuksesan Arturo, banyak investor yang tertarik bekerja sama dengan Arturo. Setelah berhitung dan membuat skema keuangan dengan baik, Arturo pun memutuskan untuk melebarkan sayap bisnis coffee shop miliknya melalui dana para investor.
Di sini masalah dimulai.
Membuka banyak cabang ternyata tidak mudah. Tim dadakan yang dibentuk oleh Arturo tidak berhasil mengimplementasikan sistemnya dengan baik. Banyak masalah mulai menimpa Arturo secara bertubi-tubi.
Mulai dari karyawan yang mencuri uang penjualan hingga ketidakpuasan customer yang tidak ditangani dengan baik. Kerugian dan masalah operasional terjadi dimana-mana, belum lagi Arturo harus berhadapan dengan investor untuk melakukan pelaporan.
Kejatuhan Arturo
Dengan impian membesarkan bisnis coffee shop, dan kepercayaan dirinya dalam membangun sistem, Arturo tidak mau menyerah. Ia bertekad untuk fokus dan mengatasi semua masalah yang ada.
Di tengah usahanya membenahi bisnis coffee shop miliknya, seorang pengusaha menghampiri Arturo menawarkan sebuah peluang bisnis. Melihat proyeksi pendapatan yang dapat dihasilkan, Arturo pun merasa tergiur.
Akhirnya, Arturo memutuskan untuk mengambil peluang tersebut. Ia segera membuat skema dan perkiraan agar ia bisa mengejar peluang baru ini dan mengatasi bisnisnya secara bersamaan.
Di sini lah Arturo jatuh dan kehilangan semua bisnisnya.
Arturo tidak dapat menyelesaikan permasalahan di bisnis coffee shop miliknya. Ia pun tidak optimal dalam mengerjakan peluang bisnis barunya. Akhirnya, Arturo kehilangan kepercayaan dari para investor, partner bisnis dan karyawannya. Kerugian yang dihasilkan begitu besar, sehingga Arturo terpaksa menutup bisnis coffee shop miliknya.
Kasihan Arturo, bisnis coffee shop yang sempat menjadi besar dengan cepat, tiba-tiba hilang begitu saja.
Nairobi si Idealis yang Adaptif
Setelah berpikir dengan matang, Nairobi akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan membuka sebuah coffee shop. Selain mengejar peluang bisnis di industri kopi, kecintaan Nairobi pada kopi didasari pada keinginannya untuk menciptakan tempat pertemuan yang bermakna bagi banyak orang.
Dalam mengejar idealismenya, Nairobi membangun fundamental bisnisnya secara serius. Ia mengintegrasikan idealisme tersebut ke segala aspek bisnisnya. Pelan tapi pasti, kualitas bisnis coffee shop Nairobi semakin berkembang ke arah yang ia inginkan.
Bisnis Nairobi Berkembang Melalui Kesulitan
Meskipun banyak investor ingin bekerja sama dengan Nairobi, namun ia menolak. Nairobi memiliki keinginan untuk membesarkan bisnisnya. Tapi ia ingin membangun tim dan bisnisnya semakin solid dan matang terlebih dahulu.
Beberapa kali kesulitan menerpa, hingga Nairobi tidak menerima pendapatan selama berbulan-bulan. Tapi Nairobi tetap teguh dalam menjalankan bisnis seuai dengan visi yang ia tetapkan.
Di masa kesulitan tersebut, Nairobi terus melakukan adaptasi agar bisnisnya tetap bertahan, tanpa mengubah nilai inti dari bisnis coffee shop miliknya. Dan dengan mengatasi berbagai kesulitan tersebut, Nairobi dan timnya menjadi semakin solid dan matang dalam menjalankan bisnis coffee shop.
Pada tahun ke-3, Nairobi menerima suntikan dana yang besar dan melebarkan sayap bisnisnya. Di setiap cabang, Coffee Shop Nairobi dikenal masyarakat sebagai sebuah tempat pertemuan yang bermakna.
Kesimpulan
Kalau melihat 2 kisah di atas, perbedaan Arturo dan Nairobi hanya terdapat pada pola pikir. Keduanya sama-sama menginginkan kesuksesan dan keuntungan finansial. Tapi perbedaan pola pikir tersebutlah yang membedakan bagaimana mereka merespon peluang dan kesulitan.
Arturo melihat peluang hanya melalui kacamata profit - apa yang ia bisa dapatkan melalui peluang ini. Sedangkan Nairobi memiliki fundamental dan pertimbangan yang lebih matang:
Apakah konsep dan sistem bisnisku sudah cukup kuat untuk diduplikasi?
Apakah timku sudah siap untuk melakukan pengembangan bisnis?
Apakah di setiap cabang bisnis coffee shop milikku, aku bisa menciptakan tempat pertemuan yang bermakna?
Saat menghadapi kesulitan, Arturo dengan mudah tergiur oleh peluang lain. Beda dengan Nairobi, yang melihat kesulitan sebagai tantangan untuk memantapkan fondasi bisnisnya.
Kalau di dunia nyata, sebenarnya ada juga Arturo-Arturo yang sukses. Tapi berdasarkan pengalaman, saya tidak akan lagi tergoda menjadi seperti Arturo. Kenapa? Karena sesukses apapun Arturo, kemungkinan besar fundamental bisnisnya sangat lemah dan tidak tahan banting begitu jatuh.