5 Kesalahan Memilih Biji Kopi yang Bikin Bisnis Rugi
"Kalo gw buka coffee shop nanti, gw pasti bakal pake Brand *#%." Pernah dengar kalimat ini?
Memilih Brand favorit untuk menjadi supplier utama bisnis kamu, bisa dengan mudah terlihat sebagai pilihan yang masuk akal.
Iya tau, kamu suka kopinya. Dan bisa jadi, salah satu motivasi kamu buka coffee shop adalah karena bisa bikin House Blend dengan brand tersebut.
Tapi menurut pengalaman kami, bisnis coffee shop ga cukup dengan hanya bermodalkan idealisme (ditambah optimisme, lalu kurang realistis). Layaknya semua bisnis, strategi bisnis coffee shop harus terperinci, efektif, dan adaptif.
Memilih biji kopi adalah salah satu langkah terpenting. Selain menentukan karakter Brand, ini juga bisa menentukan perjalanan bisnis kopi kamu. Jangan sampai langkah menyenangkan ini malah bikin rugi.
Yuk, mari belajar lebih kritis.
Kesalahan #1: Beli Specialty Tapi Gatau Pasar
Punya coffee shop yang menyandang titel: "Specialty Coffee Shop" memang keren. Tapi apakah benar-benar perlu?
Kalau respon pelanggan kamu saat diseduhkan kopi Geisha dengan metode juara IBRC 2019 Fakhri Murad adalah: "Asem mas, ga enak." Bisa jadi ya ga perlu-perlu amat.
Kita lihat dulu yuk gambaran pasar kopi di Indonesia secara Macro.
Berdasarkan data dari "Euromonitor International, a market research provider," pasar Specialty Coffee di Indonesia bahkan belum sampai 1%. Kok bisa? Ini beberapa faktor utama berdasarkan demografis dan tingkah laku:
Mayoritas penduduk Indonesia: kelas menengah ke bawah
Sangat sensitif terhadap harga
Budaya kopi instan sangat kental
Specialty Coffee memiliki kesan mahal dan mengintimidasi pasar
Harga, kepraktisan, dan lifestyle adalah motivasi utama
Tidak heran kan kalau Es Kopi Susu sangat menjamur?
Jadi mendingan jangan beli Specialty? Tentu bukan begitu. Saya masih percaya para pemain Specialty Coffee adalah masa depan industri kopi di Indonesia. Asal matanya tidak tertutup oleh idealisme semata :).
Ini hanya berarti kamu harus mengenal dulu pasar yang kamu incar. Ketahui tantangan dan potensi masing-masing pasar, tentukan posisi Brand kamu, baru kamu bisa memilih biji kopi yang sesuai.
Kesalahan #2: Kemahalan
Malas berhitung sesat di jalan. Rajin berhitung tapi salah, sama saja.
Pastikan kamu sudah punya rumus Harga Pokok Produksi (HPP) yang tepat. Maksimal HPP kamu harus 30% dari harga jual. Kalau lebih dari itu, kamu bisa rugi. Ingat, bisnis coffee shop perintilan biayanya banyak: gaji karyawan, gaji kamu, sewa tempat, listrik, internet, waste, marketing, pajak, kebersihan, etc, dll, dsb.
Tergantung lokasi, ada juga biaya tambahan sebagai bonus ceria. Yaitu biaya keamanan, a.k.a. ongkos preman. Lengkap dengan THR. :)
Pastikan kamu punya file ini untuk hitung HPP. >>> Format HPP
Posisi Brand apapun yang kamu pilih, memilih biji kopi yang harganya terlalu mahal = tidak masuk akal.
Kalau kamu memilih target pasar menengah ke atas, mungkin margin kamu masih bisa sehat. Tapi kalau kamu mengincar kelas menengah, kemahalan sedikit saja bisa bikin laporan keuangan merah.
Kebanyakan coffee shop yang kemahalan dalam memilih biji kopi, terjebak di kesalahan #3.
Kesalahan #3: Cuma Cek 1 Supplier
Jatuh hati sama kopi karena salah satu Brand Coffee Roastery? Akan beli tanpa peduli berapapun harganya? Bahaya ini.
Ini bisa menutup banyak peluang untuk memaksimalkan potensi coffee shop kamu. Kecuali, kamu sudah menganalisa Brand favorit kamu, dan memang memilih biji kopi berdasarkan strategi bisnis.
Jangan ragu atau takut untuk membuka wawasan dan mengumpulkan informasi. Coffee Roaster yang terbaik adalah mereka yang tidak ragu membeberkan semua informasi mereka untuk menjalin relasi. Atau pamer. Atau sekedar suka ngobrol. Intinya kalaupun ga jadi beli, malah bisa jadi teman.
Saat memilih Coffee Roaster, coba buat perbandingan berdasarkan 5 aspek ini:
Kredibilitas
Kecocokan interpersonal
Konsistensi dan kualitas
Harga dan biaya lainnya
After-Sales Service
After-sales Service? Ini artikel kopi atau toko laptop? Emang penting? BANGET! After-sales service bisa jadi penentu utama dibandingkan segala aspek.
Kesalahan #4: Ga Ada After-Sales Service
Mari kita telaah ilustrasi toko apel.
Suatu hari, seorang Felix belanja apel di Toko Maria. Apel Toko Maria cukup enak, harganya tidak terlalu mahal, ditambah lokasi toko dekat rumah. Mungkin Felix akan kembali lagi ke sini kalau kangen apel.
Beberapa hari kemudian, Felix kangen apel. Tapi ia sedang berada agak jauh dari rumah. Karena tidak tahan, Felix beli apel di toko terdekat: Toko Carine. Apel Toko Carine lebih enak, sayang harganya lebih mahal, dan lokasi jauh dari rumah. Sepertinya Felix akan tetap setia sama Toko Maria.
Keesokan harinya, Felix mendapatkan WA dari Toko Carine: "Bagaimana apelnya? Semoga bisa menghiasi hari kamu ya. Untuk join membership toko kami, kamu bisa daftar di http://bit.ly/member-apel-carine ." Iseng-iseng sekaligus kesemsem, Felix daftar.
Ternyata di Toko Carine banyak sekali keuntungan jadi member. Bisa dapat apel gratis tiap 10x pembelian. Kadang-kadang bisa dapat giveaway hanya dengan menjadi member aktif. Diundang ke berbagai acara seputar komunitas pecinta apel. Dan bagian favorit Felix - setiap minggu ada newsletter tentang apel dari Toko Carine.
Kalau kamu jadi Felix, kamu akan jadi pelanggan apel toko yang mana?
Sekarang bayangkan kalau ilustrasi ini menggambarkan toko biji kopi, dan Felix adalah pemilik coffee shop yang sedang memilih biji kopi untuk memajukan usahanya.
Kesalahan #5: Ga Mau Belajar Kopi dan Ga Punya Attitude
Ini dia sumber pertikaian segala umat komunitas kopi di seluruh dunia.
Kalau kamu baca ini lalu merasa tersinggung: BAGUS. Saya mohon kamu bertobat. Banyak orang akan berterima kasih. Termasuk kamu.
Kesalahan #5 ini kelihatannya dibuat-buat ya? Masa ada orang kaya gini? Percayalah, orang-orang seperti ini benar-benar ADA dan NYATA. Mereka biasanya dibenci. Dan punya keteguhan hati yang luar binasa untuk tidak berubah meskipun dibenci. Entah ga sadar, personal branding, atau memang karakter.
Berikut sekilas karakteristik manusia-manusia ini:
"Mas, kopinya saya balikin ya soalnya ga enak." Demikian ucapnya setelah salah kalibrasi
"Mas, kopinya saya balikin ya soalnya ga enak." Demikian ucapnya setelah menggigit biji kopinya
Menghilang setelah dikirim invoice
Kesalahan #5 ini bisa dibilang memiliki resiko yang paling fatal. Sebagus apapun biji kopi atau coffee roastery yang kamu temukan, tidak ada yang mau berbisnis dengan mereka.
Jangan sampai kamu melakukan ini ya. Kerendahan hati dan keinginan kuat untuk terus belajar adalah kunci sukses utama di industri ini.
Kesimpulan
Memilih biji kopi tidak bisa dilakukan hanya dengan suka Brand tertentu. Banyak perhitungan dan pertimbangan yang harus dimiliki.
Kalau kamu mau buka wawasan, rajin melakukan riset, menjalin hubungan baik dengan berbagai Coffee Roaster - kemungkinan besar, performa coffee shop kamu bisa lebih optimal.
Mudah-mudahan kamu bisa belajar dari 5 kesalahan di atas. Jujur saja, saya bisa nulis ini karena sudah merasakan kelima-limanya. Andai saya mengetahui ini di awal, banyak banget kerugian yang saya bisa hindari.
Kamu sendiri gimana? Sudah pernah mengalami kesalahan-kesalahan di atas?
P.S.
Ini prinsip yang saya pegang teguh di Three Folks dalam memilih biji kopi:
"A delicate balance between idealist and profit-oriented."
Harus paham kapan cari profit, kapan beli specialty coffee grade 90++.
by: Dave Setiaputra, CEO & CO-Founder Three Folks