three folks

View Original

5 Realita Barista yang Kamu Tidak Lihat

“Keren banget ya jadi Barista. Melihat mereka menyeduh kopi dengan ahli di coffee bar yang keren seperti menonton seorang artis yang lagi perform."

 

Kalau kamu seperti saya, keinginan menjadi barista bisa jadi juga adalah pintu pertama kamu berkecimpung di dalam industri kopi. Kalau iya, kamu sudah berada di langkah yang tepat.

 

Profesi apapun yang ingin kamu jalani di dalam dunia kopi, ada satu proses yang menurut saya tidak boleh dilewatkan. Dan proses itu adalah bekerja sebagai barista.

 

Tidak ada cara terbaik untuk memahami industri kopi secara menyeluruh dan mendalam selain merasakannya sendiri dengan menjadi barista. Selain mengasah ilmu kopi dan berinteraksi langsung dengan customer, menjadi barista akan menumbuhkan disiplin dan kualitas diri yang kamu butuhkan.

 

Artikel ini akan membahas beberapa realita yang tidak diketahui banyak orang mengenai profesi idaman ini. Dan harus kamu rasakan sendiri untuk berkarir lebih lanjut di dunia kopi.

Kalau coffee shop buka jam 8 pagi, berarti barista sudah harus sampai dari jam 7 pagi.  Karena banyak yang harus dipersiapkan. Mulai dari bersih-bersih, set up mesin dan peralatan, cek semua station, set up kasir, AC, lagu, wi-fi, cek stok, prep, kalibrasi, hingga briefing pagi.

 

Kalau coffee shop tutup jam 11 malam, barista bisa baru pulang sampai jam 1 pagi. Checklist untuk closing memang jauh lebih banyak lagi dibandingkan opening. Belum lagi kalau ada tamu-tamu bandel yang ga pulang-pulang setelah diinformasikan dengan sopan dan dipasangi lagu Home by Michael Buble kencang-kencang.

 

Weekend? Libur? Pffttt.. Mimpi. Dan biasanya hal ini memang dilarang oleh owner coffee shop. Karena biasanya traffic weekend yang ramai mengharuskan seluruh tim untuk masuk dan bekerja.

 

Kehidupan Barista bukan untuk kamu, kalau masih punya angan-angan libur setiap melihat tanggal merah di kalender.

 

Mari kita catat apa saja yang perlu dibersihkan oleh barista: lantai, kursi, meja, kusen pintu, jendela, tembok, segala rak, AC, kipas angin, exhaust, gudang, chiller, freezer, meja bar, mesin dan peralatan kopi, gelas, piring, sendok, garpu, apron, lap, teras depan. Tergantung keunikan tiap coffee shop, pasti ada lagi perintilan tambahan.Tidak lupa dengan sahabat karib semua barista: WC dan Grease Trap.

 

Kamu bisa baca artikel khusus tentang relasi Barista dan Grease Trap di sini. :)

 

"Saya hanya mau bikin kopi saja, gak mau bersih-bersih seperti itu. Ya maksimal cuci gelas deh." Mental manja seperti ini akan membuat kamu sulit diterima kerja, dan tidak akan bertahan lama di industri ini. Karena kopi yang enak dan kebersihan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam industri hospitality.

 

Barista yang sudah veteran tidak hanya dinilai dari kemampuan bikin kopinya saja, tapi juga kecekatan dan ketelitian matanya dalam mendeteksi berbagai macam noda. Mereka juga biasanya memiliki ilmu-ilmu sendiri untuk mengangkat noda-noda dari sudut teraneh dari sebuah coffee shop.

 Skill ini sekarang semakin diapresiasi gara-gara Covid-19.

Sebuah coffee shop yang memorable, adalah coffee shop yang dapat menyajikan kopi enak setiap hari dan setiap saat. Tugas Barista sebagai penyeduh kopi adalah memastikan hal tersebut tercapai dengan baik dan konsisten. Bagaimana caranya? Kalibrasi setiap hari.

 

Buat yang belum tahu, kalibrasi adalah proses yang dilakukan untuk mencari resep kopi yang ideal untuk digunakan pada hari itu. Kalibrasi harus dilakukan setiap hari karena kopi merupakan bahan organik dan memiliki sifat yang dapat berubah setiap hari. Dalam proses kalibrasi termasuk juga mencicipi kopi berulang kali hingga menemukan resep yang pas.

 

Barista yang sudah ahli biasanya dapat menggunakan metode "spitting". Yaitu hanya mencicipi kopi dengan menyeruput kemudian dibuang ke "spit glass". Namun keahlian ini tidak mudah didapatkan bagi barista-barista pemula. Kebanyakan barista membutuhkan proses meminum untuk benar-benar mengetahui rasa kopi.

 

Berapa kali barista melakukan kalibrasi? Tergantung. Kalau beruntung sekali juga cukup, kalau apes bisa 10 kali. Karena bukan hanya cari resep awal, kadang ada saja kejadian seperti: ganti biji kopi di tengah shift, rasa espresso tiba-tiba berubah di siang hari, dan lain-lain.

 

Proses ini yang kadang bikin perut barista ekstra lancar setiap setelah kalibrasi.

 

Pernah coba baca-baca buku kopi? Tebal ya. Dan biasanya ilmu dalam satu buku kopi harus divalidasi lagi dengan perbedaan-perbedaan teknis yang terjadi di lapangan dan ilmu dari sumber lain. Kompleksitas kopi dan kecepatan perkembangan industrinya menyebabkan edukasi mengenai kopi menjadi hal yang seru-seru rumit.

 

Seperti kata Agnieszka Rojewska, peran seorang barista adalah menjadi jembatan antara industri kopi dengan customer. Untuk menjalani peran ini dengan baik, maka tiap barista harus jadi seorang yang mengerti sejarah, segala macam terminologi, proses hulu ke hilir, mesin, metode seduh, dan selalu up to date dengan segala perkembangan yang ada.

 

Itu baru tentang kopi. Seorang barista yang pro harus paham, mengerti, dan ahli dalam memberikan customer service, dan melakukan kewajiban sesuai SOP yang ada.

 

Menjadi barista tidak boleh hanya belajar kopi, banyak kualitas yang harus ditumbuhkan seperti public speaking, kerja sama, disiplin, empati, multitasking, administrative skills, problem-solving mindset.

 

Penilaian pertama perihal profesionalitas adalah senyum di wajah. Customer kadang bisa mudah sekali menilai sebuah barista atau bahkan keseluruhan coffee shop dari hal ini. Tapi memang senyum di wajah barista sangat mempengaruhi good vibes sebuah coffee shop. 

 

Padahal mereka bukan boneka ya masa harus senyum mulu. Gimana kalau ada yang habis putus sama pacar? Berantem dengan teman kerja? Ada masalah keluarga?

 

Yah, begitulah. Ga ada customer yang peduli, adanya mereka komplain karena ga disenyumin. Dan memang mereka tidak punya kewajiban untuk peduli. Setiap customer datang ke coffee shop dengan masalah masing-masing dan berharap untuk dapat melepaskan sedikit dari masalah mereka. Bayangkan kalau disambut sama barista yang mukanya ketekuk kaya bungkus gorengan.

 

Profesionalitas barista sangat ditentukan dari bagaimana mereka dapat melakukan disiplin-disiplin barista dengan gigih, konsisten, dan ceria setiap hari. Dan badai kehidupan personal tidak boleh menghalangi mereka untuk dapat bekerja dengan maksimal.

 

Senyum di wajah juga tidak boleh hilang saat bertemu dengan pendekar kopi, diajak ngobrol saat sedang manual brewing, diminta foto-foto saat orderan masih banyak, diomelin customer, perut mules, kaki mau copot, dan lain-lain.

Kesimpulan

Selain 5 hal di atas, realita barista yang bikin geleng-geleng adalah gajinya. Berdasarkan survey kecil-kecilan saya tahun lalu, rata-rata gaji barista di Jakarta adalah Rp 2,5 juta per bulan. Semoga tahun ini sudah membaik ya.

 

Berita baiknya, industri kopi di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Dan dengan demikian, berbagai peluang dan karir di industri kopi pun semakin terbuka lebar. Kamu dapat baca beberapa insight peluang dari sini.

 

Kalau kamu memang serius dan suka sama kopi, kamu akan terus memiliki motivasi belajar dan mengejar peluang-peluang yang ada untuk mengejar mimpi kamu.

 

Bekerja menjadi barista akan menguji mental kamu sebagai pelaku di industri kopi. Orang yang tidak sanggup melampaui tantangan-tantangan menjadi barista dan berkembang melalui pengalaman tersebut, akan kesulitan meraih kesuksesan di industri kopi.

 

Disiplin, empati, kegigihan, kerendahan hati, dan apresiasi adalah kualitas penting yang dibutuhkan di industri ini.