three folks

View Original

5 Jurus Mantul Branding-an Coffee Shop yang Lekat di Hati

"Three Fox, Tiga Rubah maksudnya? Three Folks itu yang logo-nya biru trus ada cumi - cumi ya? Three Folks itu toko es krim kan?"

Dikutip langsung dari kisah nyata, pertanyaan - pertanyaan lucu yang menyayat hati ini cukup sering kami temui di bulan - bulan (oke, tahun) pertama Three Folks berjalan. Uniknya, hal ini juga yang jadi salah satu penyemangat kami dan tim untuk semakin giat membangun dan mengembangkan brand Three Folks. Semakin hari kami semakin merasakan, bahwa yang namanya branding itu jauh lebih luas dari sebatas nama, logo, dan visual semata.

Tiada gading yang tak retak, semoga sepak terjang (a.k.a perjuangan kami) mulai dari 2017 bisa berguna juga buat kamu yang ingin membuka coffee (dan ice cream) shop sendiri.

#1 - Point(s) of Difference

Kalo sekarang ini kamu kepikiran bikin / sedang running coffee shop, coba deh tanya ‘Apa yang menjadi elemen pembeda coffee shop saya? Kenapa customer harus ke coffee shop saya daripada ke coffee shop sebelah?’

Meskipun katanya ‘Nothing new under the sun’ dan iya semustahil itu rasanya bikin sesuatu yang super original, belum pernah diketemukan dimanapun; tapi kami percaya berusaha menjadi unik selalu punya value lebih tersendiri.

Awal berdiri se-simpel coffee shop yang juga punya (dan produksi) es krim sendiri; hal itu terus menjadi inti brand kami sambil terus dikembangkan. We’re aiming to be the Best in the West!

Selain produk - masih banyak lho elemen lain yang bisa kamu ulik untuk menjadi poin pembeda dari brand kamu. Mulai dari yang kasat mata seperti interior, tableware, cara plating / serving menu, sampai ke yang makin ga berwujud seperti cita rasa, playlist musik, gaya komunikasi, dll, dsb, dst, coba lanjutin sendiri...

#2 - Konsep

Three Folks didirikan atas ulah 3 manusia penuh mimpi dan BM yang punya kecintaan besar terhadap kopi dan es krim, lalu bersatu untuk bikin café bareng. Passion. Sesimpel ini awalnya. Good news, there is a market for everything. Namun, jangan lupa riset juga karena ga semua market itu bisa menjamin keberlangsungan bisnismu.Dari pemikiran ini jugalah kami coba riset kecil - kecilan, identifikasi pasar, kompetitor, dan lihat lebih jauh target market sekitar outlet kami. Konsep café seperti apa sih yang bisa relevan dan lebih punya kesempatan berkembang di Aries (outlet pertama kami) dan secara jangka panjang di industri ini? Salah satu penemuan kami saat itu adalah bahwa selain es krim buatan sendiri sebagai unique selling point dari coffee shop kami; diperlukan makanan pula (termasuk makanan berat) di cafe kami. Sesuatu yang di luar ekspertis dan bayangan kami sebelumnya.

Tak sedikit kami lihat coffee shop yang munculnya seangkatan kami tapi sekarang sudah gugur. Ide besarnya, Idealis boleh tapi perlu konsep yang realistis juga; kenali diri dan tim-mu, tentukan arah, lalu gaspol.

#3 - Pemilihan Nama

Erat dengan konsep, adalah nama. Dulu kita sempet bingung, lalu impulsif nyerempet mager mikirin nama, dan yang tercetus pertama adalah ‘I & Co’. Diambil dari kata Ice Cream dan Coffee. Untungnya sudah lebih dulu ada brand denim lokal kece Aye & Co sehingga kami mengurungkan niat tersebut.

Kami juga percaya bahwa selain sebagai media identifikasi sebuah bisnis, nama ibarat doa. Dari situ kami berembuk lagi dan akhirnya memutuskan untuk menggunakan Three Folks sebagai nama brand kami. Berawal dari 3 orang dengan background berbeda yang saling melengkapi, dipersatukan oleh kecintaan akan kopi dan es krim, serta doa supaya 3 orang ini selalu akur terus sampai akhir hayat. Kenapa ga pake bahasa Indonesia ‘Tiga Saudara’ atau ‘Tiga Sekawan? Ya nanti dikira bengkel, toko material, atau sop kambing. hehe.

Terdengar simpel, dan selalu bisa jadi bahan cerita. Namun jangan lupa, pemilihan nama dengan bahasa inggris tersebut punya kelebihan dan tantangannya sendiri. Seperti yang kamu lihat di awal artikel, ada saja customer atau bahkan squad kami yang bisa juga keseleo lidahnya demi mengucapkan nama brand kami. Beberapa kata dalam bahasa inggris memang punya cara baca yang bisa cenderung mirip dan susah dicerna apabila tidak diucapkan dengan tepat. Coba deh ucapin Three Folks Folds Faux Fox Tree, tiga kali dengan cepat. Absurd.

 

#4 - Elemen Grafis

Dari mata turun ke hati, tak bisa dipungkiri bahwa visual berbicara dan memegang peranan penting bagi sebuah brand. Jujur deh kita biasanya punya kecenderungan untuk judge a book by its cover, kan? Meski demikian, saya juga percaya bahwa there’s always more than meets the eye; dan ketika cerita di dalamnya sangat kaya, ini yang jadi nilai sesungguhnya dari suatu brand. Saya coba terapkan ini ketika menciptakan identitas visual bagi Three Folks pada 2016 silam.

Pada masa ini, 3rd wave specialty coffee shop semakin berkembang di Indonesia, khususnya Jakarta. Kebanyakan dari pemain yang punya nama, menggunakan elemen warna hitam putih sebagai identitas mereka. Simple, timeless, dan coffee related. Betul. Unique...?

Dari pemikiran ini saya bertekad untuk tidak menggunakan warna hitam putih, dan juga hijau (iya karena brand kopi Siren yang terkenal itu) sebagai elemen utama brand Three Folks. Di saat yang sama, saya pribadi sangat menyukai dan terinspirasi oleh branding coffee shop Koultoura. Menurut saya, selain didukung visual yang kuat, penggunaan tokoh - tokoh binatang sebagai personifikasi karakter manusia menjadi satu pendekatan yang fresh ketimbang coffee shop lain di masa itu yang kebanyakan menggunakan logotype serta beberapa elemen terkait kopi seperti portafilter, gelas, tamper, dsb.

Saya pun memilih gurita (sekali lagi buat yang ga familiar, gurita dan cumi adalah makhluk berbeda ya. Monggo di-googling) sebagai personifikasi identitas Three Folks. Satu makhluk yang memiliki tiga jantung, dengan darah biru di dalam tubuhnya, dan kemampuan adaptasi tinggi. Layaknya Three Folks, satu entitas yang diciptakan dari persatuan 3 orang sahabat. Melengkapi doa yang terkandung dalam penamaan Three Folks itu sendiri.

Kalo kamu penasaran cerita lengkap dan portofolio grafis kami, langsung aja cek link Behance ini!

#5 - Bahasa & Cara Komunikasi

Pernah denger kalimat ‘It’s not WHAT you say, but HOW you say it.’ ? Ini penting - pake BANGET! Apalagi kalau komunikasi-nya secara langsung, action speaks louder than words.

Nah kalo bicara tentang komunikasi, bisa luaaass banget kemana - mana. Secuil yang akan saya bahas di sini, lebih ke arah bahasa dan cara komunikasi brand kamu secara verbal yang tertulis dulu, ya.

Secara brand kami namanya udah Three Folks dan mimpinya mau go international; menggunakan copywriting bahasa Inggris yang tertata sebagai media komunikasi baik di dunia maya seperti Instagram dan website, maupun dunia nyata seperti poster dan buku menu, terdengar masuk akal. Kami yakin komunikasi bahasa Inggris memudahkan kami berinteraksi dengan audiens di luar Indonesia; serta jajaran client, media, komunitas, dan market lokal yang memang punya preferensi komunikasi bahasa Inggris juga.

Terbukti juga dari satu pengalaman asik yang kami sangat bersyukur; ketika tiba - tiba dapet email dari Singapore, lalu berkesempatan melayani di Amazon Web Services Pop Up Loft Jakarta 2019. Ketika ditanya client ini tau kita dari mana, jawabnya: ‘We find you guys from the internet, and we like your brand.’ :’D

Selain itu ada pula beberapa prospek proyek yang sempat mampir dari Jepang, Sri Lanka, dan Amerika - karena mereka nemu kami di website dan Instagram, lalu mengerti pesan yang kami sampaikan dengan bahasa Inggris.

Eh tapi artikel ini, yang kamu temukan via Instagram dan website kami ditulis dalam bahasa Indonesia (yang *ehem* tidak baku tentunya). Kenapa?? Apa yang terjadi?!

3 tahun lebih membangun brand Three Folks, kami seringkali mengevaluasi bagaimana caranya untuk terus berkembang. Salah satunya adalah dengan berusaha menjadi semakin relevan dengan target market kami, sambil tetap berpegang teguh pada esensi brand kami.

Bahasa Indonesia (dengan kadar kebakuan ejaan yang kami nyaman) dirasa cocok dengan target market Three Folks dan persona kami bersama tim. Jadilah kami racik lagi resep tatanan bahasa dan mulai April 2020, kami komunikasi bilingual. Social media engagement kami meningkat, café pun semakin ramai. Literally keren, which is awesome.

KESIMPULAN

Membagikan 5 points di atas, membuat saya banyak mengingat perjalanan kami membangun brand Three Folks dari Februari 2017 (pertengahan 2016 malah kalau dari mulai bikin konsepnya). Layaknya lari marathon yang super panjang dan tiada henti, dilengkapi tongkat estafet dari kami yang harus bisa dioper suatu saat nanti.

Kami yakin konsistensi dalam membangun brand yang awet dan tahan banting memang penting; namun kemampuan adaptasi (ingat gurita) serta kelincahan untuk menjadi relevan tak kalah pentingnya. 

Selanjutnya, kamu juga bisa intip artikel dari Landor ini untuk bikin brand kamu makin lincah dan sukses kedepannya.